#4 Pikiranmu Pikiranku




Di dalam pikiranmu ada surga,
atau mungkin ada juga neraka
ku ingin membaca pikiranmu
dan menjadikannya milikku...

Sebelum kamu mati atau musnah jiwamu
sebelum benakmu lapuk oleh alunan waktu
atau di makan oleh keledai dungu...

Di surga, tanpamu adalah neraka
kan ku curi sayap-sayap malaikat
aku akan terbang dari langit ke tujuh
ku lintasi semua langit untuk menemuimu...

Di neraka denganmu adalah surga
dan akan ku padamkan api neraka
dengan aliran air mata kebahagiaanku
sampai semua iblis terkagum dan terpaku...



Song by : David Ezra



Teringat kenangan dua tahun lalu. Lagu  itu dinyanyikan di dalam sebuah aula mini konser di kampus ISI Jogja.

Saat itu, suasana hening dan remang-remang. Cahaya hanya ada di tengah-tengah panggung dan menyorot kawanan penyanyi yang berbaris rapi dengan mengenakan selendang batik dan mahkota berhias daun. Terdapat sebuah meja di sisi kiri panggung dan satu kanvas berlukiskan abstrak dan gambar anak kecil bergembira yang dipegang oleh dua penyanyi - seakan menempel di dinding.

Penonton yang tidak sampai memenuhi aula mini itu membuat nafas kami tersekat dan jantung mulai bergenderang keras. Kami hanya melakukan apa yang sudah kami persiapkan hampir tiga bulan lamanya, dan inilah puncak dimana kami berlatih atau lebih tepatnya ini bukan latihan. Ini adalah penampilan terakhir kami, inilah pertunjukan kami.

Pertunjukan yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran, namun ini adalah salah satu hal yang membanggakan bagi kami. Berdiri di depan penonton yang tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang gerak kami. Yang kami tahu adalah berusaha melakukan yang terbaik.



Aku mendengar langkah-langkah, hampir datang utusan orang-orang yang memaksaku melawan pikiranku sendiri, lalu dimasukkan ke dalam karung. Dan ditaruh di atas punggung keledai.
Sesampainya di mahkamah, mereka membukanya. Ternyata karung itu kosong. "Kenapa?." Tanya mereka. "Karena keledainya lapar dan memakan pikiranku".

Pertunjukan berlangsung dengan suara tawa dan tepuk tangan dari penonton. Sempat ada sedikit kesalahan dari aktor, namun itu semua teratasi karena kami mencoba untuk tetap tenang. Hingga dipenghujung penampilan, riuh suara tepuk tangan dan sorai ramai penonton melegakan hati kami. Sukses. Itu yang kami ucapkan pada sesama. Puji syukur, semua telah terlewati. Jerih payah selama tiga bulan tidak sia-sia dan sangat memuaskan. 
Hari itu adalah hari dimana kenangan telah diukir, tersimpan rapi pada bingkai emas dan terpajang sepanjang masa pada ingatan masing-masing kami. Disitulah, kami berkarya bersama, tertawa, menangis, tersenyum, marah, lelah, semua menjadi satu kenangan tak terlupakan.

Yogyakarta, 28 Desember 2012


Komentar

Postingan Populer